Sedari dulu Aku selalu berusaha terlihat biasa saja, meski mereka ada disekitarku. Rasa takut yang selalu dapat dikendalikan menjadi satu hal yang ku anggap anugerah tuhan. Disana banyak sekali yang mengatakan ada yang salah dari diriku. Mulai dari nenek-nenek, kuntilanak, sampai saat ini yang kurasakan seorang wanita berkebaya hijau. Aku tak pernah tau dimana mereka menemukanku, bahkan sering Aku tidak ingin tau.
Mungkin saat ini orang-orang mulai senang atas apa yang bisa terlihat oleh orang-orang seperti Aku. Perjalanan panjang untuk meninggalkan keahlian aneh ini. Beberapa orang merasa ini sangat salah, bahkan Aku yang tak pernah ingin melihatnya juga disalahkan. Sulit untuk menghadapi dan menerima omongan, maupun mereka yang tak lazim terlihat.
Meminta untuk di rukiyah adalah jalanku untuk mengakhiri. Kisahku dan nenek tua itu berakhir, Aku tak pernah tau, kemudian Aku akan bertemu lebih banyak lagi, mereka yang merasa dirinya tersesat. Aku juga tak mengetahui benar atau tidaknya mereka yang merasa kesedihan mendalam, keinginan untuk melepaskan dendam, maupun sebuah janji yang tak dapat ditepati didunia. Aku hanya sebagai pendengar bagi mereka.
Satu titik baru yang Aku dapati, tak ada salahnya memanusiakan mereka yang bukan manusia. Hanya sekedar mendengarkan, tak lupa mendoakan. Agar mereka paham, bagaimana manusia ada tak dapat dengan mudah percaya, meskipun keberadaan mereka sangat nyata. Dengan doa, bentuk percaya itu dikemas dengan niat mulia untuk mengembalikan mereka kepada yang semestinya.
Sangat berterimakasih kepada orang-orang yang selalu mendengarkan ketakutanku dimalam hari.
Lembaran baru ini, bukan tentang Aku yang harus berusaha menghilangkan mereka dari pandanganku. Melainkan bagaimana Aku mengemas pengelihatan ini untuk suatu hal yang lebih baik dan berguna!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar