Jumat, 02 Maret 2018

Motor yang lewat malam itu. . .


Sebelum akhirnya mata ini terpejam dan menghentikan segala lalu lalang dunia yang melelahkan, di atas kasurku, ada seorang pria yang mungkin usia nya tak terlalu jauh di bawahku, saat itu usiaku 15 tahun. Aku mencoba mengerti keberadaannya. Sehingga aku tidak marah ataupun mengomel seperti biasanya. Aku mengalah, dan memilih tidur bersama mamaku.

Aku tidak terlalu mengingat jelas bagaimana malam itu aku bisa tertidur. Aku pikir malam ini menjadi malam yang cukup tenang. Saat itu aku sedang asyik bertukar pesan dengan sahabatku, yang juga baru saja tau bahwa aku cukup akrab dengan dunia-dunia kelam yang berbeda.

Tepat pukul 3 pagi aku terbangun, karena berisiknya suara sepeda motor yang ada didepan rumahku. Memang rumahku tepat disamping jalan raya. Tapi kenapa motor ini begitu berisik dan terasa sangat dekat dengan tempat tidur yang aku baringi. Aku membuka mata. Tanpa tersadari, tak bisa aku jelaskan. Aku mulai merasakan hal yang tak biasa-Sebenarnya setiap hari aku rasakan. Aku mendengar mama masih mengaji dikamar, seperti biasa setelah shalat malam ia membaca al-quran. Gambaran seorang pria yang turun dari atas motor, dan mulai mencari sesuatu disekitaran ia memarkirkan motornya. Sebenarnya motor itu seperti motor yang hampir hancur. Sehingga aku tidak melihat apa jenis dan merk dari motor yang ia kendarai. Aku sangat terkejut saat ia mulai tahu ada aku. Aku yang mengetahui keberadaannya. Ia melangkah dengan pelan menuju depan rumahku, ia masih berpikir apa ia akan masuk kesana atau tidak. Tanpa aku sadari aku sudah bercucuran air mata. Karena tidak sanggup merasakan kesedihan yang mungkin ia transfer tanpa harus bercerita bagaimana pilunya saat ia harus kehilangan bola matanya. Aku tak tau harus bagaimana, badanku seakan tertahan di atas kasurku. Aku hanya bisa mengirim pesan kepada sahabatku yang kebetulan ia masih belum tidur sejak aku tidak lagi membalas pesannya malam itu. Temanku hanya merespon takut. Aku seakan mendapatkan dorongan untuk bangkit setelah ia membalas pesanku. Aku memanggil mama, dan mama memelukku, karena aku sangat menangis haru. Sementara pria yang rambutnya sebahu dengan mata yang kosong tanpa bola mata hanya berdiri didepan pagar rumahku. Ia seakan enggan untuk menghampiri aku.

Aku sama sekali belum mendengar cerita darinya. Tapi tujuan ia berhenti disana adalah ia ingin mencari bola matanya yang hilang saat ia kecelakaan. Aku juga tidak tau pasti dimana kejadian pilu yang merenggut nyawanya itu terjadi. Tetapi ia sebagian kecil dari jiwa-jiwa yang tersesat dan selalu berjalan tanpa arah untuk menemukan bola matanya yang hilang. Cucuran air mata yang menetes dari mataku menjadi suatu proyeksi dari kesedihan yang ia alami yang sampai saat ini aku bingungkan, rasa takutku seketika berubah menjadi rasa haru.


1 komentar: