Minggu, 30 Juli 2017

Ketika Mereka Menyapa



Perkenalan itu terasa seperti bukan perkenalan pada umumnya. Aku juga tidak mengetahui jelas mengapa harus aku yang bertemu dan yang ingin kalian ajak untuk tinggal bersama. Mengisi rumah yang tak seberapa luas dengan ornament kayu atau sejenis bamboo. Aku ingat betul, kalian telah memberikan aku selimut yang amat tebal untuk aku tidur malam itu.
Malam yang aku lalui memang tidak pernah terasa spesial. Selesai menonton beberapa acara tv atau mengerjakan PR aku segera tidur. Berharap malam ini tidak menjadi malam yang menakutkan, karena aku hanya ingin tidur nyenyak. Aku tidur bersama mama dan adikku. Aku baring di antara mereka. Suasana kamar pada saat itu redup. Masih mendapatkan cahaya dari luar. Mataku sudah bisa beradaptasi dan dapat melihat dengan jelas apa saja yang ada dikamar meskipun penerangan disana cukup terbilang kurang. Mataku mulai terpejam. Seperti biasa, doa yang aku ucapkan untuk menjaga tidurku yang penuh dengan kejutan.

Aku mulai merasakan angin berhembus begitu tenang. Sepoi-sepoi. Suasana rumah yang tidak pernah aku rasakan begitu damai. Aku heran, mengapa aku berada dirumah ini. Seperti rumah pada jaman dulu. Beberapa kali aku melirik kearah jendela yang terbuka yang tidak diditutupi gorden melainkan sebuah tirai. Aku masih bingung. Ruangan ini dikelilingi oleh tiga atau empat pintu. Tiba-tiba  ada yang membukasalah satu pintu. Berbunyi suara pintu yang digeser itu. Aku segera  membalikkan badan dan melihat seorang nenek tua yang tidak terlalu renta dan diikuti seorang pria yang mungkin juga berumur yang sama.

“ini untuk kamu.” Kata nenek dengan suaranya yang terdengar lembut namun lantang. Ia menyodorkan sebuah selimut putih.
Aku masih bingung dan menatap mereka berdua.
“sini-sini duduk dulu.” Kata  nenek itu lagi.
“Ada apa ya?” hanya itu yang bisa aku katakan. Dan aku sama sekali tidak ingin menerima selimut itu.
“kamu mau kan tinggal disini. Saya sudah lama sekali tidak memiliki anak. Saya sangat ingin kamu tinggal bersama kami. Untuk menemani kami disini.” Ungkap sang nenek, sambil memegang pundakku.

 Aku merasakan hawa dingin disana. Jantungku serasa berdetak 10x lebih cepat. Sementara sang kakek yang dari tadi hanya terdiam dan tersenyum. Tiba-tiba bangun dan membuka lemari dengan pintu gesernya.

 “ini. Ini semua selimut yang bisa kamu pake untuk tidur nanti malam.”

Aku semakin takut dan mengalihkan perhatian keselimut-selimut tebal didalam lemari itu. Tapi aku hanya menolak mereka dari dalam hati. Aku sadar ini bukan sekedar mimpi. Aku harus bangun dan menyelamatkan diriku yang mungkin akan diculik oleh mereka. Mereka berdua menatapku dengan cara berbeda beserta senyuman. Tapi itu semua serasa senyuman menyimpan kemarahan. Mereka menarik aku yang coba keluar melalui pintu yang sudah terbuka lebar. Tapi aku juga tidak paham mengapa aku bisa bangun dari mimpi kelam itu. Dengan mereka berdua berada didepan ranjangku. Berdiri dan menatapku dengan senyuman kemarahan. Aku membangunkan mamaku. Seperti biasanya. Ia tidak terkejut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar