Rabu, 05 Agustus 2020

ASRAMA (2018)

Aku dan teman-temanku sedang melaksanakan kuliah lapangan. Daerahnya cukup jauh dari kampusku, sampai beda provinsi. Ditempuh dengan menggunakan kereta. Rasanya sangat menyenangkan, untuk pertama kalinya aku menaiki kereta antar kota, hehehe. Seperti biasa Aku pasti punya kekhawatiran terhadap diri sendiri, takut keanehanku muncul dikala Aku harus tinggal bersama teman-temanku yang tidak mengetahui rahasia diri ini (Akrab dengan makhluk halus karena orangnya sangat halus dan lembut, seperti nastar kebanyakan maizena).

Dihari pertama, Aku dan teman-teman sudah ditentukan kamarnya. Aku mendapat kamar paling ujung, dan dekat dengan toilet. Sungguh hal yang membuatku senang saat itu, karena dengan begitu Aku lebih mudah untuk ke toilet apalagi jika harus mengantri. Aku sekamar dengan 2 orang teman. Tempat tidur yang ada dikamar itu adalah tempat tidur tingkat, dimana akan ada satu tempat tidur yang kosong.

Aku memilih tempat tidur diatas, dan dua temanku diranjang bawah. Sekali lagi, sebenarnya Aku punya kekhawatiran yang harus Aku kesampingkan. Oke, di hari pertama yang melelahkan itu, Aku merasa biasa-biasa saja, walau lebih tepatnya memaksa untuk biasa saja. Di malam kedua menjelang tidur, Aku dan teman-temanku masih ngobrol-ngobrol tetapi dengan posisi di ranjang masing-masing.

Sebuah hal mencurigakan bisa aku rasakan disebelah kananku. Tetapi, Aku mencoba mengabaikannya, sampai pada akhirnya, Aku merasakan sebuah tiupan tepat di telinga kananku, dan dia adalah seorang nenek tua yang rambutnya putih, mengenakan pakaian kebaya, bertubuh sedikit bungkuk. Spontan Aku terdiam dan memilih tiba-tiba turun dari ranjang atas. Temanku pun hanya terheran-heran melihat tingkahku demikian.

"Ada apa?" Tanya mereka yang keheranan.
"Ada yang niup telinga gw." Kataku sambil mengusap-usap telinga.

Malam itu berakhir dengan tenang, tentu saja Aku tidak berani tidur di atas, dan memilih tidur disebelah temanku. Meskipun, ia merasa kesempitan, tetapi ia juga merasa ketakutan malam itu.

Aku tidak ingat pada saat itu malam keberapa, yang jelas sosok yang sama. Nenek tua yang tinggal di sebuah tempat menjemur pakaian yang tepat dibelakang toilet menghampiriku lagi, meski Aku tidak tau tepatnya ia berada dimana, tetapi suaranya yang sangat menakutkan membisikkan Aku sebuah kata yang di ulang-ulang.

"Saren. . . Saren. . ."

Kali ini Aku sedikit lebih santai dibandingkan kemarin, Aku juga tidak menceritakan hal itu pada teman-temanku, agar mereka tidak ketakutan. Tetapi, karena Aku tidak mengerti apa yang diucapkan oleh nenek tersebut, Aku menanyakannya pada teman-temanku.

"Eh, Saren artinya apa sih?"
"Saren? Permisi artinya."

Aku sedikit tidak mengerti apa yang ia maksudkan. Apa ia mengisyaratkan Aku dan teman-teman untuk permisi, atau justru ia yang mengucapkan kata itu padaku. Karena saat itu Aku tidak mau memperpanjang komunikasi Aku memilih untuk diam.

Arti Saren Menurut KBBI

Melalu pencarian tersebut, sedikit membingungkan, apakah ia menginginkan darah? Hahahaha donor darah kali ah.

Beberapa hari berlalu, rasanya Aku sangat kerasan disini. Meskipun, setiap harinya harus bangun pagi dan berjalan kaki berkilo-kilometer, Aku senang berada didesa yang penuh dengan keindahan alam, apalagi bersama teman-teman. Seperti biasa, dimalam hari, ada kelas malam, dimana Aku dan teman-temanku belajar disebuah Aula yang cukup besar.

Temanku memintaku untuk menemaninya ke Toilet. Aku tidak mengetahui dimana letak toilet terdekat. Tetapi, sekitar 50 meter dari sana, terdapat sebuah mushala, yang Aku pikir tentunya disana ada Toilet. Maka, Aku dan Mawar (nama samaran) menuju ke mushala. Suasana mushala sangat gelap, ternyata waktu isya sudah lewat. Mungkin saat itu sudah sekitar pukul 9 malam. Aku menuju kearah tempat wudhu dimana biasanya tempat wudhu dan toilet bergandengan bagai alfa dan indomeret, begitu yang ada dipikiran ku dan Mawar. Namun, malang tak dapat ditolak, bukan toilet yang ditemukan, melainkan suara seorang pria berdeham dan suaranya amat berat, padahal saat itu ruangan yang ada diatas mushala sama sekali tidak dipergunakan karena sedang tahap perbaikan dan gelap sekali, dan di mushala tidak ada orang. Aku yang mendengar suara tersebut, dan ternyata Mawar juga merasakan sesuatu yang menakutkan, langsung berbalik langkah. Awalanya Aku masih tenang, tetapi karena melihat Mawar yang berjalan cepat dan kemudian berlari, Aku juga tidak dapat membendung rasa takut tersebut.

Aku dan Mawar berlari ke arah gerbang yang kira-kira berjarak 50 meter dari mushala. Tetapi, baru setengah jalan, Aku memutuskan berhenti dan mengajak Mawar kembali ke Aula.

"Stop, stop war. . ." Kataku sambil menghela nafas.
"Aduh gw takut son..." Jawabnya yang memang ketakutan.
"Mending sekarang kita balik ke Aula ya." Kataku masih belum benar-benar tenang.
"Yaudah, Ayo." Jawab temanku yang sebenarnya masih penuh keraguan.

Malang kembali tidak dapat ditolak. Aku melangkahkan kaki dengan cukup percaya diri. Sesosok wanita berkain putih melayang tepat di atas kubah mushala menuju hutan-hutan yang ada didepan mushala tersebut.

"Astagfirullahalazim, ya allah, ya allah." Ucapku dengan nada cepat ya seperti orang ketakutan.
"AAAAAAAAAAA, ADA APA SONAA?" Teriak temanku sambil kembali berlari ke arah gerbang.

Dua orang pria keluar dari sebuah bangunan yang merupakan tempat penjagaan atau kantor asrama tersebut, mereka terheran-heran melihat kami berlarian ketakutan.

"Ada apa dek?" Tanya Bapak yang berpaiakan kaos garis-garis.
"Ada itu pak, hah itu deh pokoknya." Jawab temanku tidak jelas.
"Kami takut pak, ada sesuatu tadi." Tambahku yang menutupi apa yang Aku lihat tadi.
"Oalah, gak ada apa-apa kok disini." Jawabnya santai.
"Pak, tolong anterin kami sampai asrama diatas pak, saya ketakutan." Kataku dengan nada memohon dan sangat memelas ya.
"Yasudah, ayok." Jawabnya, masih santai ya guys.

Setelah kejadian itu, Aku dan temanku mengobrol ke esokan harinya. Ternyata meski dia tidak melihat apapun, tapi ia merasakan ada sesuatu yang menakutkan. Itu merupakan pengalaman menyeramkan dan lucu.

Dimalam hari lainnya, terjadi sebuah kejadian menakutkan untukku. Ada seorang wanita ingin memasuki tubuhku. Aku tidak tau pasti apa ia yang aku temui di malam yang konyol itu. Tapi, ia cukup menyeramkan. Aku saat itu tidur diranjang yang sama dengan temanku. Dimalam yang sama, temanku tiba-tiba terbangun, dan bermimpi, Aku kerasukan seorang kuntil. Hmm, benar-benar mantap ya, upaya mengganggunya.

Dimalam hari yang sama juga, seorang pria mengetuk-ngetuk semua kamar. Aku terbangun karena tiba-tiba suara tersebut semakin nyaring terdengar, ya dia mengetuk pintu kamar ku.

"Eh, ga tau gw mau tidur ya. Ga usah ganggu kenapa? Gw besok harus bangun pagi." Omel ku.
"Kenapa sih son?" Tanya temanku terbangun karena ocehanku.
"Ini ada aja orang berisik ngetok-ngetok kamar." Kataku kesal.
"Kaga ada son, mimpi kali lu. Udah tidur lagi aja." Jawab temanku.

Memang tak setiap malam terdapat kejadian menganehkan, namun tempat ini begitu ramai, wajar sajalah, tidak semua bangunan  terisi setiap hari, jika memang ada kegiatan saja baru benar-benar berpenghuni, bahkan masih dikelilingi oleh hutan.

Kesompralan tidak dapat dihindari. Saat di kamar mandi, sebelahnya ada temanku yang sedang mandi.

"Siapa itu?" Tanyanya.
"Si merah." Jawabku menggoda.
"Ih, sona!!!" Teriaknya.

Hal itu mungkin menurutku lucu. Meskipun dikatakan asrama ini terdapat penghuni sosoknya kunti berbaju merah. Aku belum pernah melihatnya saat itu. Akhirnya, setelah kejadian itu, dia mendengar dan merasa Aku sangat ingin dinampakkan wujudnya.



Makan malam sekitar pukul 7 dimulai. Aku dan teman lainnya berkumpul di meja makan. Ditengah makan yang hikmat, Aku melihat sebuah kain merah di depan jendela yang samar-samar ditutupi debu. Aku masih berpikiran positif hanya perasaanku saja. Hmm, tak berapa lama, di tangga ruang makan tersebut, sosok merah melayang menuruni tangga secara perlahan. Tentu saja, Aku ketakutan, Aku terus berdoa didalam hati, dan memalingkan pandangan dari sana.

Beberapa hari berlalu, karena selalu diganggu oleh hantu. Aku dan teman-temanku mulai terbiasa juga. Aku bahkan yang galak ini semakin menjadi-jadi menunjukkan bahwa AKU TIDAK SUKA DIGANGGU. Malam itu suara ketukan berasal dari jendela. Aku pikir ada sesuatu diluar sana. Aku pun bangkit dari tempat tidur dan segera meneriakinya.

"Heh, ga tau orang tidur apa ya. AADUH!!!" Ungkapku kesal.
"Kenapa lagi son?" Tanya kedua temanku yang sepertinya justru terganggu karena omelanku.
"Aduhhh itu ada tangan segala, heh ada tangan." Kataku.
"Apaan son tangan? Udah ah tidur." Kata temanku yang sepertinya kesal.

Aku tidak berenti mengomel, tetapi karena mengantuk akhirnya Aku tertidur.

Keesokan paginya, teman sekamarku mengeluhkan bahwa ia kehilangan sebuah ipad. Hmm, ternyata yang Aku lihat tadi malam bukanlah setan. Melainkan maling. Sungguh luar biasa ya. Saking sering diganggu makhluk gaib, tanpa disadari selalu negatif terhadap mereka. Padahal manusia juga lebih menakutkan daripada mereka yang wujudnya tidak karuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar