Ujian kenaikan kelas, sama seperti UAS semester 1, murid
kelas 10 dan kelas 11 berada dalam satu kelas yang sama. Saat itu Aku mendapat
ruangan yang bukan merupakan kelasku. Aku berada di kelas x.9, sementara Aku
ujian di kelas X.1.
Karena aku merasa sudah siap untuk ujian dengan pedenya Aku
masuk kekelas. Guru yang mengawas ujian hari itu membagikan kertas lembar
jawaban dan kemudian soalnya. Saat aku lagi sibuk untuk mengisi nama di lembar
jawaban, tiba-tiba disamping meja tempat ku duduk, ada seorang laki-laki yang
umurnya sepantaran dengan aku. Dia memakai baju putih dan celana hitam,
wajahnya pucat, terutama hawanya yang dingin membuat aku bisa tau bahwa dia
sangat dekat denganku. Tapi karena suasana ramai, aku segera mengontrol diri
untuk tetap tenang. Berpura-pura tidak melihat apapun seperti senjata ampuh
untuk aku. Meskipun aku tau, mereka tidak akan dengan
mudah percaya bahwa aku
tidak melihat apapun.
Hari itu ujian berjalan sangat lancar, meskipun sempat
melihat dia disana. Akhirnya dia menjauh dan menghilang. Keesokkan harinya,
ujian semakin berjalan dengan baik. Seperti biasa, sepulang sekolah, Aku
dijemput oleh Supir kesayanganku, Om Jefri. Sepulang dari sekolah Aku membeli
beberapa roti dan menyeduh secangkir kopi hitam kesukaanku. Siang itu terasa
sangat galau, mengingat kisah cinta yang kandas (Sorry Baper), dan pada
akhirnya Aku mendengarkan lagu galau, tapi aku tidak ingat judul pastinya. Saat
itu tidak biasanya Aku tidak mengenakan Headset, saat lagu terdengar lumayan
keras didalam kamarku, ada suara yang menyahut kegalauanku. “Udah deh, kenapa
sih Galau terus?” Ungkap seseorang. Aku yang sedang duduk terkaget-kaget.
Karena yang ada didalam kamar itu hanya aku, sendirian. Tanpa banyak bicara aku
segera bangkit. Tapi kaki ini serasa kaku untuk berlari secepat mungkin.
Akhirnya aku melihat. Seorang pria, ya aku akui dia ganteng, untuk ukuran
seorang remaja masa kini, meskipun dengan pakaian yang terlalu formal. Dia
tersenyum kepadaku. Aku tidak bisa membalasnya dengan senyuman semanis itu. Nah,
akhirnya Aku bisa mendapatkan energy kembali, kemudian segera berlari menuju
titik keramaian dirumah. Disana ada Mama, Kakak, dan adikku. Mereka terkaget-kaget
dengan pernyataanku. Sebagai muslim yang baik Aku meminta perlindungan kepada
Allah. Meskipun kelihatannya Aku sangat takut, tapi sebenarnya tidak setakut
itu sih (sok berani). Setelah itu aku membuka kembali pintu kamar itu. Aku tau
dia berada disana. Aku mencoba mengatakan sesuatu supaya dia pergi. Tapi aku
bukan seorang wanita yang bisa ramah kepada semua orang (orang?). Aku mengusir
dia dengan nada sedikit kasar. Setelah itu aku membaca ayat kursi. Ternyata dia
tampak sedih karena aku tidak bersedia untuk berteman dengan dia yang begitu
kesepian selama ini. Tapi aku memang sedang tidak menerima lowongan pertemanan
beda dunia (dia dunia fantasi). Dia tetap bertahan. Hingga akhirnya kamarku
berbau anyir, seperti darah yang busuk.
Beberapa waktu berlalu, dia memang tidak mengikuti aku
kemanapaun. Tapi terkadang dia muncul dimasa-masa sulitku. Saat aku dan nenek
sedang tidak akur, dia datang untuk memediasi. Kemudian terkadang dia datang
hanya untuk mengucapkan salam pertemuan. Seakan memberitahu bahwa meskipun
jauh, dia tetap ingin berteman dan memberi kabar. (Ko jadi seperti aku dan
dia?Hehehe)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar